Kirab Budaya Gau Maraja Meriahkan HUT ke-66 Maros, Dihadiri Ribuan Peserta dari Dalam dan Luar Negeri

Blog262 Dilihat

KUANTANXPRESS.ID,SULAWESI SELATAN, MAROS – Sekitar 5.000 orang memadati jalanan Kota Maros dalam Kirab Budaya Gau Maraja, Jumat (4/7/2025), sebagai bagian dari peringatan Hari Ulang Tahun ke-66 Kabupaten Maros.

Ribuan peserta kirab mengenakan beragam pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia, turut hadir pasukan berkuda, organisasi masyarakat (Ormas), serta perwakilan dari 14 kecamatan dan desa, memperlihatkan kekayaan budaya Nusantara dalam parade sejauh hampir tiga kilometer, dari Rumah Jabatan Bupati menuju Lapangan Pallantikang.

Bupati Maros Chaidir Syam dan Wakil Bupati Murtazim Mansyur turut berjalan kaki bersama masyarakat. Chaidir menyebut kirab ini bukan hanya seremoni tahunan, tetapi momentum penting mempererat persatuan dan merayakan kekayaan budaya.

 “Hampir seluruh lembaga adat, kekaraengan, serta perwakilan 14 kecamatan hadir. Ini menunjukkan Maros sebagai ruang temu budaya yang terbuka,” ujar Chaidir.

Ia juga menyoroti kehadiran peserta dari berbagai daerah dan luar negeri, seperti Kerukunan Keluarga Melayu, perwakilan dari Jepang, Sidrap, Bone, hingga Luwu Timur.

Selain kirab budaya, Gau Maraja 2025 juga menghadirkan Pameran Bilah Pusaka yang menampilkan koleksi bersejarah, termasuk salah satu milik Presiden RI Prabowo Subianto. Koleksi pusaka lain berasal dari kerajaan-kerajaan Nusantara seperti Ternate dan Buton.

Acara budaya ini semakin semarak dengan digelarnya Simposium Internasional yang diikuti 540 peserta dari 12 negara. Simposium ini menghadirkan peneliti dari Australia yang dikenal sebagai penemu situs-situs purba di kawasan Leang-leang, yang berbagi hasil temuan terkini terkait warisan budaya prasejarah Sulawesi Selatan.

“Kehadiran para peneliti dunia menunjukkan Maros punya daya tarik global di bidang kebudayaan,” tambah Chaidir.

Salah satu peserta asal Gowa, Agus, mengaku terkesan dengan semangat kebersamaan dalam kirab budaya.

“Kami bangga bisa ikut serta. Ini bukan sekadar pawai, tapi bentuk kecintaan pada budaya sendiri,” ucapnya. (**)