(SPPG ) MBG Kembang Nurmila Tidak Hadir , Hasil Pemeriksaan Dugaan Keracunan MBG di Inhil, Bertolak Belakang Penyataan Para Korban

Berita22 Dilihat

INDRAGIRI HILIR|KX– Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) akhirnya merilis hasil pemeriksaan laboratorium terkait kasus dugaan keracunan massal program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa puluhan siswa di Tembilahan. Senin (25/08/2025) pagi.

Kepala Dinkes Inhil, Rahmi Indrasuri, menegaskan bahwa dari hasil uji sampel makanan dan muntahan korban bersama Balai Karantina Kesehatan, tidak ditemukan bahan kimia berbahaya seperti boraks maupun formalin.

“Namun, dari hasil laboratorium ditemukan adanya bakteri Escherichia Coli (E.Coli) yang menjadi pemicu utama gangguan kesehatan pada anak-anak. Gejala muntah, diare, pusing, dan lemas sangat konsisten dengan infeksi bakteri ini,” ujar Rahmi dalam konferensi pers.

Konferensi pers tersebut juga dihadiri Kepala Yayasan SPPG Kembang, Kasat Reskrim Polres Inhil, perwakilan Kodim 0314/Inhil, Kapolsek Tembilahan Kota, Kadis Kominfopers Inhil, serta insan pers se-Kabupaten Inhil.

Lebih lanjut, Rahmi menekankan bahwa E.Coli dapat menyebar tidak hanya melalui makanan yang terkontaminasi, tetapi juga dari perilaku kurang higienis.

“E.Coli bisa saja berasal dari tangan yang tidak bersih. kemungkinan anak-anak masih kurang disiplin mencuci tangan sebelum makan, sehingga kemungkinan bakteri berpindah dari tangan ke makanan yang dikonsumsi,” jelasnya.

Selain itu, Dinkes juga menyoroti minimnya peran sekolah dalam memastikan makanan aman sebelum disajikan.

“Pihak sekolah yang tidak melakukan pengecekan sederhana seperti mencium atau mencicipi makanan sebelum dibagikan ke siswa. Padahal itu bisa menjadi langkah antisipasi. Ini menunjukkan masih kurangnya edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya keamanan pangan di lingkungan sekolah,” tegas Rahmi.

Meski demikian, pernyataan Dinkes ini masih menuai kontroversi. Orang tua murid tetap menuding kualitas makanan MBG tidak layak konsumsi

“Makanannya basi, ayam berbau tidak sedap, mie berlendir, dan toge tidak segar. Anak saya sampai muntah puluhan kali dan bahkan sampai tidak sadarkan diri. Itu bukan sekadar anak kurang cuci tangan,” kata Putri, salah satu wali murid korban, dengan nada kesal.

Hal senada diungkapkan Kayla, siswi SDN 032 Tembilahan, yang mengaku hanya makan mie karena ayam berbau, namun tetap mengalami muntah hebat dan diare.

Hingga kini, tercatat 30 siswa menjadi korban, sejak jumat 22 Agustus hingga pada sabtu 23 Agustus 2025, sementara pada konferensi pers dilakukan semua pihak korban telah meninggalkan Rs karena anak nya telah diperbolehkan untuk pulang kerumah.

Setelah press realese ini, kian memicu perdebatan publik. Di satu sisi, hasil laboratorium resmi menyatakan penyebab keracunan adalah bakteri E.Coli yang berasal dari makanan maupun perilaku higienitas anak. Di sisi lain, kesaksian wali murid menilai langsung pada kualitas makanan MBG yang dianggap tidak layak konsumsi.

Tidak hanya itu, masalah kian menuai kejanggalan, ketika penanggung jawab atau kepala dapur Satu Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) MBG Kembang Nurmila tidak hadir dalam konferensi pers dan sementara dihubungi wartawan berkali-kali melalui selulernya tidak pernah digubris,

Masyarakat kini menunggu langkah nyata pemerintah daerah bersama aparat kepolisian untuk menjamin keamanan pangan dalam program MBG, agar tragedi serupa tidak kembali terulang.