Arif Sebut Kegiatan Kelompok Tani Mangrove Ciptakan Perekonomian Dan Wisata

Berita, Daerah422 Dilihat

Selatpanjang|Kuantanxpress.id- PT Imbang Tata Alam (ITA) berkolaborasi dengan kelompok tani mangrove untuk penanaman mangrove. Upaya ini di mulai dari 1 kelompok hingga kini sudah menjadi 10 kelompok. Program ini dijelaskan.Bonar selaku Area manager PT. ITA

melalui Field CSR Officer Arif Hidayatullah ketika diwawancarai wartawan. Senin (10/6) kemaren .menjelaskan hal yang paling penting adalah proses kemandiriannya .

“Sebelumnya mereka menanam Kita yang memberikan bibit sekarang mereka rata rata sudah bisa membibitkan sampai 10.000 bibit untuk per 6 bulan”. Sehingga apabila ada kegiatan penanaman bibit mangrove seringkali beli dari kelompok mangrove dengan harga Rp 3000,- perbibit . Namun untuk polibet merupakan pemberian dari Perusahaan. Jika diperkirakan para kelompok mangrove termodal Rp 500,- nah mereka memperoleh keuntungan Rp 2500 per bibit.

Hasil dari pembelian bibit tadi akan ditanam di wilayah kelompok mangrove itu sendiri. Berlangsungnya kegiatan ini pada kelompok petani mangrove ternyata menciptakan kegiatan ekonomi bahkan pendekatan yang kedua adalah wisata. Wisata ini dibangun dengan bantuan secara bertahap tetapi fokus jadi mandiri seperti dikampung Telaga Air Merah. Keberhasilan kampung tersebut sudah tentu atas Intervensi perusahaan . Melalui Kolaborasi BUMDES , pemuda dan PT ITA dengan itu bisa berkembang tetapi prinsipnya sama, selain ekonomi ada wisatanya .

Dilanjutkan lagi Tentang jenis mangrove yang ditanam Arif mengatakan ” secara umum mangrove yang ada di Riau ada 22 jenis namun secara mayoritas itu berbeda beda secara kondisi.” jikalau untuk kondisi di daerah Baran yang paling tepat Bakau dan Belukar kemudian sedikit Jeruju serta waru. Bakau siapi api untuk daerah pantai dan sejauh ini penanaman bibit sudah dilakukan di Desa Mayangsari, Teluk Belitung dan Lukit.

Untuk desa Lukit sebanyak 79,2 hektar kini sudah memperoleh SK Menteri langsung dapat tandatangan dari Menteri. Sementara desa Mayangsari dan Teluk Belitung masih dalam proses tahapan Verifikasi dari wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari ( KPH)

Bagi Mangrove yang berhasil ditanam yang berdiameter mencapai 80 cm, sudah tentu dilestarikan. Perusahaan melakukan adopsi terhadap pohon tersebut, seperti yang sudah dilakukan di desa Lukit. Sebanyak 20 batang pohon mangrove berdiameter 80 ada didesa itu. Pohon pohon yang diadopsi dengan biaya berkisar Rp 4.000.000,- pertahun dan sudah tentu punya konsekuensi yaitu apabila ditebang mangrove tersebut maka dana adopsi harus di tarik balik atau dipulangkan serunya.

(Elbi)