Ihwal Pemimpin Besar, Wamendagri Bima Tekankan soal Tantangan, Momentum, dan Perubahan

Berita13 Dilihat

DEPOK|KX – Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto menekankan bahwa pemimpin besar selalu lahir dari proses panjang yang penuh tantangan, kemampuan merebut momentum, serta keberanian mendorong perubahan. Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara dalam acara Rumah Kepemimpinan di Balai Purnomo Prawiro, Kampus Universitas Indonesia (UI), Kota Depok, Jawa Barat (Jabar), Minggu (24/8/2025).

Dalam paparannya, Bima menyinggung perjalanan tokoh-tokoh bangsa seperti Bung Karno dan Bung Hatta yang sejak usia muda sudah aktif berorganisasi dan berjuang hingga akhirnya menjadi proklamator kemerdekaan. Menurutnya, tidak ada jalan yang mudah bagi orang-orang besar.

“Mari kita lihat, enggak ada jalan mudah bagi orang-orang besar, enggak ada. Enggak ada jalan tol, jalan lurus, enggak ada. Penuh dengan lika-liku. Semakin besar gagasan, maka semakin besar pula tantangannya,” katanya.

Bima lantas menekankan pentingnya generasi muda menyiapkan diri sejak dini. Berdasarkan data yang ia miliki, lebih dari 70 persen kepala daerah saat ini merupakan wajah baru, dengan jumlah yang semakin banyak berasal dari generasi muda. Bahkan, hampir 80 kepala daerah berusia di bawah 40 tahun, sementara sekitar 200 kepala daerah berusia 40–50 tahun. Roda generasi terus berputar, dan Gen Z hari ini adalah calon gubernur, bupati, wali kota, bahkan presiden pada tahun 2045 mendatang.

“Itu fakta. Generasi saya Gen X sudah akan fade away. Tapi kalian want to try to be our leaders dalam 20 tahun lagi. Sekali lagi, time flies. Karena itu, sekali lagi, hidup hanya sekarang. Hidup hanya sekarang. Jangan pernah dijebak diperbudak materi, dan jadilah manusia yang berarti,” ujarnya.

Lebih jauh, Bima mengingatkan bahwa kepemimpinan bukanlah tentang popularitas, melainkan keberanian mengambil risiko, menghadapi jebakan, dan memikul tanggung jawab. Ia mencontohkan berbagai tantangan yang dihadapinya saat menjabat Wali Kota Bogor, mulai dari tekanan politik, jebakan pragmatisme, hingga ancaman nyata. “Hidup itu penuh dengan jebakan-jebakan, banyak sekali. Belum lagi godaan-godaan yang lain,” imbuhnya.

Pada kesempatan itu, Bima juga menekankan bahwa seorang pemimpin tidak boleh netral, melainkan harus menunjukkan keberpihakan pada nilai-nilai kebenaran, keadilan, serta pelindungan terhadap kelompok rentan. Pemimpin, kata dia, harus berani berpihak, bukan sekadar menjaga keadaan, tetapi juga mampu bersikap tenang dan solutif.

“Pemimpin adalah berpihak. Pemimpin harus menunjukkan keberpihakan di saat-saat yang ditunggu oleh orang-orang, karena ada nilai-nilai di situ,” jelasnya.

Bima pun memberikan dua kunci yang menurutnya membedakan pemimpin hebat dengan pemimpin biasa. Pertama, kemampuan merebut dan memanfaatkan momentum. Kedua, kemampuan berinovasi melalui kepedulian terhadap lingkungan dan keberanian melakukan perubahan. Menurutnya, tokoh-tokoh besar tidak pernah sekadar ‘go with the flow’, melainkan menjemput momentum dan mendorong perubahan.

“Bahwa untuk mencapai hal besar, mari kita mulai dari hal yang kecil. Dan untuk menjadi orang yang besar, maka kita semua perlu selalu untuk belajar dari universitas kehidupan,” tandasnya.

Penulis : Andar Bastian