Mahasiswa STAISAR Aceh Singkil Gelar Mubes, Suarakan Kritik dan Tuntut Hak Kampus

Berita, Daerah43 Dilihat

Aceh Singkil | Kuantan Xpress. -Musyawarah Besar (Mubes) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Abdurrauf (STAISAR) Aceh Singkil yang berlangsung di Kampus STAISAR Batu Korong, Desa Lipat Kajang, Kecamatan Simpang Kanan pada Jumat (02/05/2025) diwarnai dengan gelombang kritik tajam dan tuntutan dari mahasiswa kepada pihak kampus.

Meskipun acara berjalan lancar dengan kehadiran seluruh mahasiswa/i, forum Mubes menjadi ajang bagi mahasiswa untuk menyuarakan kekecewaan terhadap kinerja BEM periode ini. Efektivitas BEM sebagai representasi mahasiswa dipertanyakan, terutama terkait realisasi program kerja, kewajiban organisasi, serta implementasi visi misi.

Jumadi, seorang mahasiswa, secara terbuka mempertanyakan alasan stagnannya program BEM STAISAR dan urgensi keberadaan organisasi tersebut bagi kampus. Pertanyaan serupa juga dilontarkan terkait potensi BEM yang dinilai hanya menjadi formalitas tanpa fungsi yang jelas.

Dalam kesempatan yang sama, mahasiswa menyampaikan serangkaian tuntutan mendesak kepada pihak kampus melalui BEM. Tuntutan utama meliputi penggantian dosen yang dinilai kurang aktif, pemenuhan fasilitas kampus yang memadai, terutama mengatasi keterbatasan ruang belajar yang memaksa mahasiswa menggunakan sistem bergantian kelas.

Selain itu, mahasiswa menyoroti minimnya fasilitas penunjang pembelajaran modern seperti infocus, yang seringkali menghambat tugas presentasi berbasis Power Point. Mereka mendesak penambahan fasilitas tersebut.

Menanggapi aspirasi dan tuntutan mahasiswa, Ketua BEM STAISAR Aceh Singkil, Syahrul Amri Syahputra, mengapresiasi partisipasi dan perhatian mahasiswa. Ia berjanji akan menyampaikan seluruh aspirasi dan tuntutan ini kepada pihak kampus, khususnya Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan, serta terus berupaya dan mendesak pihak kampus demi kemajuan bersama. Transparansi informasi terkait respons kampus juga dijanjikan kepada seluruh mahasiswa.

Lebih lanjut, Syahrul mengungkapkan kendala utama BEM dalam menjalankan program kerjanya, yaitu ketiadaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (ADART) BEM yang jelas dan disahkan. Koordinasi terkait kebutuhan ADART telah dilakukan dengan Wakil Ketua III, namun belum ada kejelasan. Padahal, ADART merupakan landasan krusial bagi operasional BEM.

Syahrul menyayangkan penolakan draf ADART yang disusun BEM oleh pihak kampus dengan alasan ADART BEM sudah ada, namun tidak pernah diperlihatkan kepada pengurus BEM saat ini.

Kondisi ini memicu kekecewaan meluas di kalangan mahasiswa yang mempertanyakan relevansi BEM tanpa landasan kerja dan anggaran yang transparan, padahal dana operasional BEM seharusnya berasal dari sebagian UKT mahasiswa. Wacana pembubaran BEM bahkan mulai mencuat jika kondisi ini berlanjut.

Menyikapi situasi krusial ini, mahasiswa dan BEM bersatu mendesak pihak kampus untuk lebih terbuka dan transparan terkait ADART BEM serta informasi penting lainnya demi hak dan kesejahteraan mahasiswa. Keterbukaan informasi dinilai sebagai tuntutan seluruh mahasiswa demi kemajuan organisasi mahasiswa dan kampus STAISAR Aceh Singkil. “Hidup Mahasiswa!” seru mahasiswa di akhir forum Mubes. (Maksum)