Polemik Dana Partisipasi HUT Aceh Singkil Memanas, Warga Usulkan “Dame Idi Mende”

Berita, Daerah389 Dilihat

Aceh Singkil | Kuantan Xpress, -Polemik mengenai sumber dana partisipasi sebesar Rp 1 juta untuk perayaan HUT ke-26 Kabupaten Aceh Singkil terus bergulir. Klaim awal dari Ketua Panitia HUT, Asmaruddin, yang menyatakan dana tersebut berasal dari sumbangan pribadi para Keuchik (kepala desa), kini dibantah oleh sejumlah kepala desa. Bantahan ini menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat.

Salah seorang Keuchik yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan kepada Metro Daily (1/5/2025) bahwa dana Rp 1 juta yang diminta kepada setiap desa justru diarahkan untuk diambil dari Anggaran Dana Desa (ADD) atau pos dana rutin 3 persen, sesuai dengan petunjuk dari staf Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (DPMK).

“Desa diminta berpartisipasi sebesar Rp 1 juta, dan itu disepakati bisa diambil dari ADD atau dana rutin. Semua transfer dilakukan ke rekening panitia dengan jumlah yang sama, dan akan diberikan kwitansi,” jelasnya.

Lebih lanjut, Keuchik tersebut mengakui bahwa pada awalnya ada beberapa Keuchik yang menggunakan dana pribadi karena pencairan ADD belum dilakukan. Namun, ia menegaskan bahwa mekanisme yang berlaku secara administratif adalah pengambilan dana dari ADD atau dana rutin.

“Jadi kalau disebut itu uang pribadi dan tidak ada pematokan jumlah, itu keliru. Kenyataannya semua desa diminta menyetor dengan jumlah seragam,” tegasnya.

Pernyataan ini bertolak belakang dengan klaim Asmaruddin yang sebelumnya menyebutkan bahwa dana partisipasi tidak dipatok dan merupakan sumbangan sukarela dari para Keuchik.

Menyikapi situasi yang membingungkan ini, sejumlah warga yang tergabung dalam whatshap group mengusulkan solusi damai dengan menggaungkan ungkapan “Dame Idi Mende”.dalam Bahasa Daerah yang berarti “Damai Itu Indah” atau “Kedamaian Adalah Solusinya” ini mencerminkan harapan warga agar polemik ini dapat diselesaikan melalui musyawarah dan mengedepankan perdamaian.

“Warga tidak ingin mengaitkan dengan mekanisme atau hasil rapat bersama namun keterbukaan dengan duduk bersama tentu lebih baik sehingga kemeriahan ulang tahun ini tidak tercederai maknanya,” ungkap salah seorang warga yang tidak bersedia di sebutkan namanya.

Sebelumnya, Anggota DPRK periode 2014-2019, Syafrial atau Pak Iye, menyampaikan apresiasinya terhadap kontribusi para kepala desa. Ia menilai bahwa nilai Rp 1 juta masih tergolong kecil bagi lembaga pemerintahan desa yang mengelola dana miliaran rupiah. Pak Iye juga berharap agar partisipasi yang lebih besar dapat diperoleh dari perusahaan HGU pada perayaan HUT mendatang (sumber:Kuantan Xpress)

Inisiatif warga yang mengedepankan “Dame Idi Mende” dipandang sebagai langkah yang bijak untuk meredakan potensi perpecahan akibat informasi yang simpang siur.

Semangat musyawarah dan kekeluargaan diharapkan dapat menjadi landasan untuk meluruskan permasalahan dan menghindari kesalahpahaman antara pemerintah desa, panitia dan masyarakat.

Warga berharap agar polemik ini segera menemukan titik terang dan keharmonisan dapat kembali terjalin dengan baik, pungkas warga. (Maksum)