Sambut Malam 1 Suro dengan Ritual Sakral di Situs Balong Tuk Pangeran Mancur Jaya, Papi Tanto Gigih Lestarikan Seni Macapat

Berita11 Dilihat

Cirebon|KX- Jum’at 27 Juni 2025 Malam 1 Suro yang bertepatan dengan malam Jumat Kliwon disambut khidmat oleh warga dan para tamu undangan, serta dihadiri Pangeran Raja Moh Nusantara Pejabat Sultan Keraton kesepuhan Cirebon, di situs Balong Tuk Pangeran Mancur Jaya, berlokasi di Jl. Cideng Jaya No.365, Desa Tuk, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Acara yang berlangsung Kamis malam ini dipimpin langsung oleh Raden Suparja, Ketua Juru Kunci wilayah Tiga Cirebon sekaligus Pemayung Agung Keraton Kasepuhan Cirebon.

Malam 1 Suro yang juga menandai pergantian tahun dalam kalender Hijriyah menjadi momentum spiritual yang sakral. Rangkaian kegiatan dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan doa bersama atau tawashulan yang dipanjatkan untuk para leluhur serta penyebar agama Islam di tanah Jawa.

Salah satu prosesi penting dalam acara ini adalah menjamas atau mencuci pusaka seperti keris dan tombak. Ritual ini bertujuan menjaga kebersihan fisik dan spiritual pusaka agar tidak rusak oleh usia, sekaligus menghormati nilai-nilai sejarah yang melekat padanya.

Kesakralan malam 1 Suro semakin terasa dengan kehadiran budayawan Cirebon, Papi Tanto, yang dikenal dengan julukan “Si Raja Sawer”. Bersama keluarganya, ia menghadirkan pertunjukan seni Macapat, sebuah tradisi langka yang kini nyaris punah. Seni Macapat merupakan bentuk puisi tradisional Jawa yang dilagukan dengan irama tertentu dan penuh makna filosofis, kerap digunakan sebagai media dakwah, petuah moral, dan pelestarian nilai budaya.

Papi Tanto merupakan satu-satunya tokoh di wilayah Cirebon yang masih gigih melestarikan seni Macapat secara aktif. Melalui penampilannya, ia berharap generasi muda dapat mengenali serta memahami makna mendalam dari seni Macapat, agar warisan budaya ini tidak tergerus oleh zaman.

Acara ini menjadi bukti bahwa spiritualitas, budaya, dan kearifan lokal masih hidup di tengah masyarakat Cirebon, serta menjadi pengingat bahwa menjaga tradisi adalah bagian dari merawat identitas bangsa.

[ EKA ]